Kamis, 28 Februari 2013

Ketergesaan

Salah satu sebab futur (lemah setelah sebelumnya bersemangat) adalah ketergasaan. Anak-anak di usianya yang masih remaja terlalu dipush untuk melakukan ibadah yang berat-berat, apalagi diberikan amanah dakwah yang berat-berat. Insya Allah sesuai pengalaman akan berhasil, berhasil menjadi orang yang paling jauh pada Islam saat dewasa nanti. Bosan, jenuh, tertekan, bahkan kadang merasa terjajah, apalagi membinanya dengan sistem doktrinal militer akan melahirkan jiwa perlawanan dan pemberontakan. Pernah melihat anak remaja yang dulu berjilbab rapat dan rapi, tiba-tiba sekarang semua telah hilang semua kecuali selembar kain pendek yang tersisa di tubuhnya ? Pernah melihat anak rohis yang dulu begitu alim kini terjun dalam pergaulan bebas ?

Satu Merk Tarbiyah

Salah satu kekeliruan terbesar dalam tarbiah membentuk pribadi Muslim adalah anda menginginkan semua orang menjadi Abu Bakar r.a, Umar bin Khatthab, Umar bin Abdul Aziz r.a, Shalahuddin Al Ayyubi rh.a, Muhammad Fatih, dll. Orang-orang seperti ini bukanlah orang yang tiap hari bisa dicetak. Khusus Abu Bakar r.a, dan Umar r.a, 1000 tahun sekali belum tentu ada lagi yang seperti beliau, yang lain mungkin 200-300 tahun sekali muncul juga sudah bagus. Yang wajar-wajar sajalah kalau membina dan mentarbiah seseorang jadi seorang muslim yang baik, bila kita ini sudah menjadi pribadi muslim yang senang bertaubat saja itu sudah bagus sekali di zaman ini. Kadang salah, kadang terpeleset, itu wajar asal jangan pernah meninggalkan taubat. Bentuklah masyarakat Islami dalam tataran yang wajar sesuai kemampuan. Bahkan, dalam beragama pun kita harus realistis

MASYARAKAT ISLAMI


Tidak ada di dunia ini -- dalam zaman apa pun -- sebuah masyarakat yang suci tanpa salah, lingkungan yang steril tidak ada sedikit pun pelanggaran agama. Tidak ada kemaksiatan, tidak ada kemunkaran. Kalau kita berdakwah ingin membentuk masyarakat yang seperti itu, saya yakin anda akan sering merasa kecewa. Sebab tidak ada di dunia ini masyarakat seperti itu. Masyarakat Islami bukanlah masyarakat yang semua suci dan sempurna, tetapi masyarakat Islami adalah masyarakat yang sisi baiknya lebih kuat daripada sisi buruknya dan kebaikan itu terus menerus aktif dalam bentuknya yang saling menasihati dan saling memperingatkan satu sama lain. Itulah masyarakat Islami yang sehat. Jadi bila ada 70 % masyarakat yang konsisten terhadap agama dan saling peduli satu sama lain dalam masalah kebaikan dan menghindari keburukan, lalu ada 30 % lagi yang gemar bermaksiat. Maka ini sudah Islami sekali di zaman ini.

Berikanlah ruang toleransi " kegagalan dakwah " sebesar 30 % atau 40 % atau berapa yang sesuai dalam hitungan anda agar anda tidak shock ketika melihat 1 atau 2 kemunkaran seolah-olah semua bangunan dakwah anda hancur dan masyarakat telah rusak semua. Dakwah bukanlah untuk menyucikan masyarakat, sebab bila masyarakat semua sudah tidak ada yang salah maka hilanglah hikma syariat berdakwah. Dakwah adalah tabligh, menyampaikan yang benar. Urusan masyarakat mau mengikuti atau tidak itu pertanggungjawaban mereka dengan Allah, adapun tanggungjawab kita telah usai. Adapun bila masyarakat berbondong-bondong menerima seruan kita, itu sebuah anugerah yang luar biasa dari tuhan kita. Jangan pernah merasa anda bisa menguasai hati-hati manusia, sebab hati mereka dan hati anda adalah milik Allah s.w.t. Tugas kita, hanya menyampaikan, menyampaikan, dan menyampaikan.

Orang Jahat Lebih Mulia?

Orang jahat kadang lebih mulia di sisi Allah, daripada orang yang ingin dipandang shalih. 3 jenis orang yang pertama kali masuk neraka adalah orang yang ingin dipandang shalih semua. Jangan terlalu banyak menceritakan keshalihan diri di ruang publik, sebab rahasiamu dengan tuhanmu telah terbuka di mata manusia dan tidak ada yang menjamin keselamatan amalmu. Rahasia batin adalah tempat perlindungan paling aman bagi amal kita, rahasia cinta kita dengan tuhan kita. Bukankah, prajurit bila telah keluar dari benteng mudah terkena panah musuh ?

Hadits Tergantung Mood

Lagi rame diskusi ilmu hadits " abal-abal. " Kalau hati lagi kurang senang, riwayatnya disebut dhaif dan maudhu. Tapi kalau hati lagi senang karena riwayatnya sesuai harapan, yang tadinya dhaif dan maudhu bisa jadi shahih. Perawi yang katanya matruk, majhul, mudallis, dan lainnya bisa jadi tsiqah, shaduq, rijal bukhari, dll. Wuidiiih ... ngeri, ilmu agama dibajak sedemikian rupa.

Rabu, 27 Februari 2013

TERSIPU DI KOTA SANTRI


Setiap mendengarkan qasidah " kota santri " dari grup qasidah Nasida Ria yang terkenang adalah setiap acara Haul di Pesantren Buntet, Cirebon. Ramai bukan alang kepalang, ribuan orang datang dari mana-mana. Hilir mudik para santri putra dan putri ke sana ke mari, syahdu sekali. Bercampur banyaknya orang berjualan beragam makanan, jajanan, dan pakaian, meriah sekali. Dan sebagai anak yang tumbuh remaja, salah satu " kenakalan " anak tanggung seusia begitu, adalah menggoda para santri putri yang akan pergi mengaji. Dan mereka pun tertunduk- tersipu malu saat digoda kami. Ya, tersipu malu sebuah pemandangan yang hampir sudah sulit ditemukan pada para putri kita hari ini.

Cari Suami Jelek

Inti ibadah adalah sabar atas apa yang tidak kita suka. Karena itu kemuliaan adalah orang yang meninggalkan apa yang dia suka dan mengerjakan apa yang tidak dia suka. Shalat kita tidak suka, kita kerjakan maka kita jadi mulia. Zina kita suka, kita tinggalkan maka jadi mulia.

Jadi para akhwat, carilah suami yang jelek-jelek, niscaya kalian mulia he..he..

Natalan Bersama

Setelah Ummat Islam bersitegang dalam waktu yang lama dalam hal ini yang diwakili Masyumi yang kokoh menyuarakan Syariat Islam. Pemerintah mencoba mendekati Ulama dengan memfasilitasi mereka membentuk MUI, dan Hamka lah yang terpilih sebagai ketuanya. Hubungan dengan pemerintah pun kembali mesra, Hamka sering didaulat menjadi khatib dalam khutbah resmi kenegaraan. Di saat mesra-mesranya, pemerintah mencoba merangkul semua agama maka lahirlah acara Natalan Bersama. MUI yang sebelumnya diharapkan menjadi bak stempel pemerintah, tanpa diduga di bawah pimpinan Hamka mengeluarkan fatwa haram natalan bersama tanpa mempedulikan manusia suka atau tidak suka, Hamka mengeluarkan fatwa tersebut. Dan yang pertama kali menolak adalah Menteri Agama, Letjen Alamsjah Ratu Prawiranegara. Hamka tidak peduli, Alamsjah suka atau tidak suka, fatwa haram itu kini kekal sampai hari ini.

Selasa, 26 Februari 2013

Aktivis Islam Ideal

Para aktivis Islam Indonesia Ideal bagi saya adalah seperti Buya Hamka dan M. Natsir, muda, cerdas, santun, sederhana, dan teguh pendirian. Jadi kalau ada aktivis Islam Indonesia, muda, tidak cerdas, malas belajar dan membaca, hanya senang ikut sana-ikut sini tanpa pendirian, modal galak doang, suka kagetan kalau punya uang, dan plin-plan ketika telah berkuasa, waaah itu sih kemunduran besar bagi ummat Islam ini.

Membaca kisah-kisah mereka, Hamka, Natsir, Isa Anshari, Agus Salim, dll kita merasa bahwa kita hari ini tidak ada apa-apanya, nothing. Tapi karena kebodohan kita, kita selama ini merasa kita adalah ' something. ' Saatnya bagi kita bangun saudara-saudaraku. Jangan bangga hanya badan besar, jago berantem, jago kungfu saja. Ini abad 21 bukan abad 5 M yang hanya mengandalkan kekuatan otot barbarian. Mari kita teladani mereka, dan kita bongkar semua sikap " sok hebat " kita yang menggelikan. Kita ini zero, tapi merasa hero. Subhanallah ... la haula wala quwwata illa billah

Masih Tentang Jamaah

Bila saya harus lagi menjelaskan makna jamaah dengan sederhana, maka saya akan mengutip perkataan Abdullah bin Mubarak r.a saat ditanya siapakah jamaah itu ? Apakah beliau menjawab bahwa jamaah itu hanyalah sekumpulan manusia yang terorganisir walau itu adalah organisasi Abu Jahal, Abu Lahab dan pembesar kaum jahiliah Quraisy ? Tidak, bukan itu jawaban beliau. Siapakah al jamaah menurut Abdullah bin Mubarak yang agung itu ? " Abu Bakar dan Umar r.a "

Saat dikatakan padanya, " Abu Bakar dan Umar r.a telah mati. " Maka beliau menjawab, Jamaah adalah fulan dan fulan. Saat dikatakan, " fulan dan fulan telah mati. " Maka Abdullah bin Mubarak r.a menyebut jamaah adalah " Abu Hamzah As Sukri (Muhammad bin Maimun Al Marwazi w. 168 H "

Menjelaskan kalimat ini Imam Asy Syathibi mengatakan, kenapa Abu Hamzah disebut jamaah karena beliau adalah seorang yang agung dan shalih yang mengikuti manhaj salafusshalih, yang mengikuti jamaah ahlil haqq. Maka yang diambil pelajaran bukanlah banyaknya, tetapi kesesuaian mereka dengan sunnah dan jauhnya mereka dari bid'ah. Maka yang mengatakan bid'ah itu boleh bila telah banyak pengikutnya, dalil mereka terbantah. -- wallahu a'lam #seri al jamaah

Terpecah 73 Golongan

Bila saya harus menjelaskan dengan satu kalimat yang paling pendek atas makna hadits ini :

" sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 di neraka dan 1 golongan di surga, maka itulah al jamaah "

Maka saya akan menjelaskannya melalui orang yang paling paham terhadap Sunnah, orang yang sangat dekat dengan pemilik hadits ini, seorang sahabat yang amat mulia, Abdullah Ibnu Mas'ud r.a :

" sesungguhnya jamaah adalah orang yang menetapi ketaatan pada Allah walau engkau sendiri "

Masihkah engkau wahai saudaraku, memahami jamaah hanyalah segerombolan manusia walau itu adalah sekelompok orang yang bermaksiat pada Allah ? #seri al jamaah

Berpisah Dari Jamaah

Bila saya harus menjelaskan makna :

" barangsiapa yang berpisah dari jamaah walau sejengkal maka dia akan mati dalam keadaan jahiliah "

dengan satu kalimat paling pendek dan paling sederhana serta mudah dicerna, maka saya akan menjelaskannya dengan kalimat Imam Al Auza'i yang dikutip oleh Imam Ibnu Hajar Al Atsqalani dalam menjelaskan hadits ini :

" dia adalah seorang yang membawa bid'ah dan keluar dari jamaah (ahlul haqq) sebab -- bila ditafsirkan secara dzahir -- artinya orang yang keluar menyendiri dari jamaah menyepi dalam pedalaman untuk membersihkan diri maka itu adalah keringanan yang dibolehkan (dalam agama) "

seperti diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud riwayat Miqdam Bin Syuraih dari ayahnya bahwasanya beliau bertanya pada Aisyah r.a, " apakah Nabi s.a.w pernah menyepi ? " maka Aisyah menjawab, " ya, di perbukitan ini "

Inilah perkataan mereka para Imam Ahli Hadits, dan bagaimana perkataanmu wahai para pemuda yang menafsir hadits berdasarkan ilmu kira-kira dan membaca haditsnya melalui buku terjemahan ?

DAN MATAHARI MULAI TEMARAM


Kita hanyalah seperti ulat yang dimakan burung siang tadi
Hidup sebentar lalu mati, ada dan tiada hanya dijeda satu kejap mata saja
Bergerak-gerak, menggeliat, lalu fana dalam paruh burung gereja
Yang terbang membawanya jauh ke angkasa, dalam pesta makan siangnya.
Hiruk pikuk dunia tiadalah seberapa dengan pikuk yang akan segera tiba.
Dimaki manusia sudah tidak ada rasanya bila melihat gemuruh akhir kehidupan
Gempita senja tadi, hanya buih yang akhirnya sirna dalam bilangan detak.
Tertawa kita hari ini, tiba-tiba menjadi sepi ketika panggung kehidupan mulai dirapikan
Kelir sudah dilipat, tirai telah disimpan, dan para pelaku telah dimasukkan ke dalam kotak, dan matahari mulai tampak menua bersama temaram sinarnya

*renungan penutup malam

RUJUKAN AHLU SUNNAH WAL JAMAAH DALAM BERAGAMA

-- Lanjutan Status Makna Jamaah Secara Ideologis --

1. Al Qur'an
2. Sunnah yang shahih
3. Ijma
4. Qiyas yang benar

Kaidah Ahlus sunnah dalam memahami Al Qur'an dan Sunnah adalah :

1. Al Qur'an dan sunnah dipahami dengan melihat ayat-ayat atau hadits yang shahih yang menjelaskan sebuah makna dari ayat atau hadits tersebut.
2. Setiap sunnah yang terbukti shahih dari Nabi s.a.w wajib diterima walau itu hadits ahad.
3. Bila tidak ada penjelasan dari ayat atau hadits atas sebuah ayat atau hadits yang bersifat umum, maka pemahaman kedua nash tersebut dapat dipahami dari pemahaman para shahabat Nabi s.a.w baik berupa perkataan mereka atau pun perbuatan mereka dalam mengamalkan kedua nash tersebut, sebab pada mereka lah Al Qur'an diturunkan, tentang mereka lah Al Qur'an berbicara, dan bersama mereka lah Rasulullah s.a.w hidup, atau melihat penjelasan para imam ummat ini yang berjalan di atas jalan dan manhaj para shahabat, tabi'in, dan atba tabi'in sebab ketiga generasi inilah yang telah dijamin keutamaannya oleh Nabi s.a.w.
4. Atau memahaminya melalui kaidah-kaidah bahasa Arab yang benar selama pemahaman secara bahasa ini tidak bertentangan dengan penjelasan yang tegas yang datang dari Nabi s.a.w atau dari ayat Al Qur'an lainnya yang merinci suatu ayat lain.

Ini adalah beberapa kaidah umum, yang detailnya tentu harus dipelajari secara intensif dengan seorang yang terpercaya ilmu dan amalnya.

*Mujmal Ushul Ahli Sunnah Wal Jama'ah dengan redaksi bebas substantif

Senin, 25 Februari 2013

MAKNA AL JAMAAH SECARA IDEOLOGIS


Membahas makna Al Jama'ah maka tidak lepas dari rumah besarnya yaitu Ahlu Sunnah Wal Jama'ah, apa itu Ahlu Sunnah wal Jama'ah ? Mereka adalah orang yang berada di atas jalan yang ditempuh Nabi s.a.w dan para sahabat beliau -- radhiallahu anhum. Maka, Ahlu Sunnah wal Jama'ah bukanlah kartu tanda anggota keormasan, bukan organisasi massa yang terdaftar di DEPDAGRI, bukanlah kelompok pengajian dengan simbol merek tertentu seperti jenggotan, celana cingkrang, jidat hitam (walau itu adalah syiar Islam), atau dengan simbol sebaliknya berpeci, sarungan, sering baca yasin dan tahlilan. Dia adalah nilai, dia adalah ajaran, dia dalah dogma yang lintas simbol, lintas ormas, lintas partai. Siapa saja yang berada di jalan itu dialah Ahlu Sunnah Wal Jama'ah dan siapa yang keluar dari jalan itu dialah ahlul firaq wal bid'ah walau mengaku ahlu sunnah wal jamaah. Pengakuan tidak penting di sini, yang penting adalah kesamaan dan kesesuaian nilai.

Kenapa disebut Ahlu Sunnah ? Karena mereka mengikuti sunnah Nabi mereka dan berpegang teguh dengannya -- shallallahu alaihi wasallam. Kenapa mereka disebut AL JAMA'AH ? Karena mereka mengikuti jamaah ahlul haqq yaitu jamaah ash shahabah (para sahabat Nabi s.a.w), mereka berkumpul di atas jalan dan manhaj mereka, mengikuti kafilah mereka, mengikuti ijma mereka dan generasi setelahnya dan tidak keluar dari jalan mereka. Inilah satu kafilah yang Nabi s.a.w adalah pemimpinnaya, para sahabat pengiringnya dan kita adalah yang mengikuti jejak-jejak mereka dengan baik. Karena itu siapa pun setelah mereka yang mengikuti mereka disebut Al JAMAAH walau satu orang karena dinisbatkan kepada mereka, jamaah yang pertama yaitu jamaah para shahabat. Karena itu secara singkat Imam Ibnu Qayyim Al Jauziah menyebut AL JAMAAH adalah AL HAQ walau satu orang. Kenapa satu orang disebut AL JAMA'AH karena yang satu ini adalah bagian dari segolongan besar orang yang telah mendahului mereka. Jadi, bila di akhir zaman menjelang hari kiamat, misalhnya hanya tersisa satu orang saja yang mengikut manhaj Nabi s.a.w dan para sahabatnya dalam beragama, maka yang satu inilah yang disebut AL JAMA'AH walau dia sendiri, sedangkan yang banyak itu disebut ahlul firaq wal bid'ah (pecahan-pecahan kelompok pengikut bid'ah). Wallahu a'lam

*Mujmal Ushul Ahlu Sunnah dengan redaksi bebas substantif dan penambahan dari penulis

PERSONIFIKASI NILAI


Kita dulu sudah pernah membahas di akun LANGLANG BUANA (I) bahwa kadang kita mengalami kekeliruan berfikir berupa personifikasi nilai. Seperti Soeharto dulu menganggap setiap orang mengkritik dirinya atau tidak setuju dengan perbuatannya maka langsung dicap anti pancasila. Padahal pancasila dan Soeharto jelas dua hal yang berbeda. Saat ini, sering kita melihat pola pikir terbalik ini digunakan banyak aktivis gerakan Islam. Kalau kita tidak setuju mereka, lantas dicap anti-khilafah. Padahal kita tidak anti-khilafah, kita hanya tidak setuju pada sebagian sikap dan pola pikir kadernya. Begitu juga ketika kita tidak setuju dengan kelompok lain kita pun langsung dicap anti-dakwah, anti-Islam, anti-ahlus sunnah. Padahal Islam, dakwah, dan ahlu sunnah tidaklah secara diametrikal mereka. Anda orang Indonesia, tapi Indonesia bukan hanya anda. Personifikasi nilai inilah yang akhirnya melahirkan sikap memonopoli kebenaran, memonopoli Islam, memonopoli dakwah, memonopoli khilafah, memonopoli ahlu sunnah. Apa yang terjadi pada mereka itulah Islam, kemenangan mereka adalah kemenangan Islam, kekalahan mereka adalah kekalahan Islam, tidak suka mereka adalah tidak suka Islam. Wah, ini sangat berbahaya pola pikir seperti ini. Soeharto sejak 1965 telah membunuh jutaan manusia atas dalil anti pancasila, memenjarakan para tokoh politik, dan menculik aktivis, di antaranya Alm. Pak Natsir. Padahal kalau ditanya, siapa yang lebih pancasilais, Soeharto atau Natsir ? Jelas Natsir adalah Islamis dan pancasilais sejati. Pola pikir seperti ini akan melahirkan otoritarianisme, kami benar dan selain kami salah. Kami hizbullah dan selain hizbusysyaithan. Mungkin otoritarianisme itu tidak lagi dalam skala pembunuhan, sebab itu adalah otoritarianisme yang berbalut sadisme, tetapi dalam skala yang lebih kecil adalah penaifan orang lain, kelompok lain dan intoleran terhadap pihak lain. Ini adalah mukaddimah kajian kita, yaitu MENGENAL AHLU SUNNAH WAL JAMA'AH (Silahkan ikuti status berikutnya)

Minggu, 24 Februari 2013

Gak Usah Pikirin

Murid : ustad, saya punya masalah yang beraaat sekali, berraat terasa di hati ini
Ustad : Kira-kira masih bisa dipikirkan tidak jalan keluarnya.
Murid : Kayaknya sudah enggak ustad, berat sekali
Ustad : Ya udah, enggak usah antum pikirin.

Adab Berdoa

Santri : Mbah Yai, saya mau tanya. Orang mukmin itu berdoa, adabnya harus seperti apa ?
Mba Kyai : kayak orang kelelep kapalnya pecah cuma ada sabatang kayu, di tengah samudra pasifik, ombaknya ganas, tidak ada kapal berlayar, di atas langit di bawah air, tidak ada siapa-siapa cuma dia, air, langit, matahari, angin, dan mungkin ada ikan berbahaya di bawahnya yang siap menyambar. Saat itu dia berdoa dan yakin hanya Allah yang bisa menyelamatkannya. Itulah adab hati orang beriman yang sedang berdoa.

*Majlis Lesehan Madrasah Darut Tauhid (dinukil secara bebas dan dirangkai sesukanya secara substansial dari kitab Az Zuhd Imam Ahmad bin Hanbal)

Belajar Tauhid

Santri : Mbah Yai, sebetulnya apa sih pentingnya belajar ilmu tauhid itu ?
Mbah Kyai : Kamu pernah " tresno " sama wanita ?

Santri : Ya pernah Mbah Yai.
Mbah Kyai : Waktu pendekatan untuk mengambil hatinya kamu pernah melakukan sesuatu lalu ditolak ?

Santri : Pernah Mbah Kyai, saya waktu itu naksir satnri putri sebagai tanda cinta saya padanya, saya kirim surat kalau saya ingin melamarnya. Bersama surat itu saya hadiahkan sebuah baju yang paling bagus Mbah Kyai.
Mbah Kyai : Terus ... ?

Santri : Karena sangat cintanya saya padanya, saya hadiahkan baju yang menurut saya paling bagus dan paling cantik kalau dia kenakan nanti saat menjadi istri saya, saya nyari sendiri baju itu di Mall yang ada di kota Kudus Mbah kyai, dari pesantren saya naik becak ke terminal, lalu dari situ saya naik mobil omprengan buat ke Mall, lalu saya beli baju itu dari uang sangu yang dikasih ibu saya habis jual kambing.
Mbah Kyai : terus diterima ?

Santri : Surat cinta saya itu diterima Mbah Yai, dia sudah bilang ke orang tuanya dan bulan depan saya mau melamarnya. Tapi bajunya yang saya kasih, dikembalikan sama saya, dengan penuh sopan santun dia mohon maaf tidak bisa menerimanya.
Mbah Kyai : kamu tahu kenapa .. ?

Santri : Tidak tahu Mbah Yai.
Mbah Kyai : Memangnya kamu kasih baju apa ... ?

Santri : Baju seksi kayak Aura Kasih yang lagi terkenal itu loh Mbah Yai, mana harganya mahal, saya lihat iklannya di TV yang jualan panci sampai jutaaan itu loh Mbah Yai, padahal untuk nyari agennya di Kudus ini susahe poll, saya musti ke Warnetnya Mas Dedi dulu untuk secing...secing...(searching) gitu lho Mbah Yai.
Mbah : Ya, kamu iku bodo tenan dadi wong. Wong santri putri kok dikasih baju kayak Aura Kasih yo isin anggone. Biar pun suruh pake di rumah kalau dah jadi istri yo tetep ae isin, wong koyo ora anggo klambi. Wong santri putri yo cukup dikasih busana muslimah yang bagus yo wis seneng.

Santri : terus hubungannya sama pertanyaan saya apa Mbah Yai ?
Mbah Yai : Ya itulah pentingnya belajar ilmu tauhid, supaya kenal Gusti Allah. kalau kamu mau nyenengin Gusti Allah tapi gak kenal sama Gusti Allah, ya kayak kamu mau nyenengin calon istri kamu, biar cinta tapi gak kenal, ya sering " keleru dalane " (salah jalannya). Lha wong syarat masuk Islam saja harus ngucap, Asyhadu anlla ilaha illallah (saya bersaksi tiada sesembahan selain Allah). Apa ada orang yang bersaksi kalau tidak tahu dan tidak kenal ? Apa bisa misalnya itu sopo jenenge ? Ya, Anas jadi saksi dalam kasus Nazaruddin tapi Anas tidak kenal Nazaruddin ? ... (Mbah Kyai berhenti sejenak lalu melanjutkan) Kalau ada orang ngaku Asyhadu, saya bersaksi, tapi dia tidak kenal dengan apa yang akan dipersaksikan, itu namanya saksi apa ? Saksi palsu. Jadi kalau ada orang ngaku bersyahadat bahwa Sesembahannya itu Gusti Allah, tapi tidak kenal Gusti Allah berarti pengakuannya apa ? Iya betul, pengakuan palsu alias ngaku-ngaku. Yang diaku belum tentu mau mengakui.

Santri : Contohnya dengan ilmu tauhid Mbah Kyai ?
Mbah Kyai : Lah contohnya kamu shalat, shalat itu perintah gusti Allah toh ? pasti kalau dijalankan Allah senang. Tapi karena kamu tidak belajar ilmu tauhid, badanmu shalat tapi hatimu maksiat.

Santri : Lho kok bisa, gimana maksudnya Mbah Yai ?
Mbah Kyai : Ya badanmu shalat, sujud merendah. tapi hatimu ujub-takabur, nepuk dada, meningggi dan merasa hebat. Itu tanda orang yang tidak belajar ilmu tauhid sampai hakikatnya. Padahal Allah paling benci sama orang yang suka ujub-takabur, membanggakan diri, memuji diri sendiri. Dia kira Allah suka sama shalat orang seperti itu.

Santri : Subhanallah, matur nuwun sanget Mbah Yai atas ilmu yang diberikan.
Mbah Kyai : Ya sudah, kamu sekarang balik ke asrama, kalau sudah dekat waktu nikahnya tolong kabar-kabari saya ya.
Santri : Inggih Mbah Yai, assalamu'alaikum
Mbah Kyai : waalaikum salam wr.wb

Monopoli Ilmu Kesehatan

Kenapa banyak anak yang meninggal tidak tertolong rumah sakit, mungkin salah satu sebabnya karena telah terjadi monopoli ilmu kesehatan dan pembunuhan keragaman ilmu kesehatan. Sehingga tidak ada alternatif lain ketika sakit kecuali ke rumah sakit, dan rumah sakit pun tidak mampu lagi menampung banyaknya orang yang ingin berobat kecuali mereka mengeluarkan biaya ekstra. Dulu, orang sakit apa saja suka datang ke kyai, dikasih air putih dan doa maka umumnya penyakitnya sembuh dengan izin Allah, murah bahkan sering gratis, semua orang boleh sakit dan bisa berobat. Mungkin saatnya memodernisasi pengobatan alternatif dengan metode klinis seperti industri herbal baik Arab, Cina, Indonesia, India atau pun lainnya. Sehingga banyak pilihan berobat tidak ada lagi monopoli ilmu kesehatan yang tentu akan berujung pada monopoli tarif dokter dan apotik

Sabtu, 23 Februari 2013

Islam itu agama manusiawi

Islam itu agama manusiawi karena itu nabinya pun sangat manusiawi dan sangat mengerti manusia. Kalau ada kelompok mengaku islam tp menyuruh org agar jd spt malaikat jelas dipertanyakan keislamannya, begitu jg kalau sebaliknya kalau ada jaringan mengaku islam tp menyuruh org melawan terus pd allah, jg dipertanyakan keislamannya sebab itu ajarannya iblis. Tp iblis memang pinter, ada org yg mulutnya selalu berkata sy bkn malaikat untuk alasan agar selalu bs bermaksiat, ada lg yg mulutnya mengaku bkn malaikat tp gayanya spt malaikat, ini namanya kita tertipu sama iblis

Jumat, 22 Februari 2013

NIKAHIN SAJA


Murid : Ustad, saya jatuh cinta pada seorang akhwat, dosa enggak ya ?
Ustad : Ya enggak, Nabi Muhammad s.a.w juga pernah jatuh cinta.

Murid : Takut terkena virus merah jambu gitu
Ustad : (maklum dari kampung) apa itu virus merah jambu
Murid : Virus hati, gitu ustad, jatuh cinta pada perempuan.
Ustad : Jatuh cinta kok virus, jatuh cinta itu ya manusiawi. Wong Allah saja punya perasaan cinta walau berbeda, cinta pada hamba-Nya yang shalih.

Murid : Jadi boleh ustad jatuh cinta ?
Ustad : Ya boleh. yang enggak boleh melakukan yang haram dalam memenuhi cinta itu.
Murid : kalau saya nembak akhwat itu untuk dijadikan istri saya boleh enggak ustad ?
Ustad : asal antum udah siap ya boleh.
Murid : takut kalau saya milih sendiri, dari perasaan cinta saya, berarti saya nikahinnya tidak ikhlas karena Allah tapi dari hawa nafsu
Ustad : Halah, antum ini kok lebay banget sih. Wong Umar bin Abdul Aziz r.a pernah sangat kasmaran kok sama seorang wanita. Lha, nikah itu ya untuk menghalalkan hawa nafsu, kalau antum tidak punya hawa nafsu ya nggak usah nikah.

Murid : Tapi kan berarti saya mencintainya karena kecantikannya bukan karena agamanya ?
Ustad : Lha syarat jatuh cinta kan supaya " taskuni ilaiha " hatimu tentram bersamanya, ya wajar kalau pilih yang cantik. Apa hati antum akan tentram setiap bangun tidur yang dilihat orang yang tidak antum sukai ? Bisa tegang otak antum, lama-lama stroke .
Murid : Bukan berarti tidak mengutamakan agama ustad ?
Ustad : Lha, namanya akhwat itu berarti aktivis pengajian kan ? Ya, berarti agamanya sudah rata-rata, tidak jelek walau tidak istimewa. Sudah lulus syarat beragama baik, kalau nyari yang sempurna ya tidak ada yang sempurna.
Murid : Tapi ustad ... ?
Ustad : Udaaaah, sebetulnya ini antum mau nikah apa tidak, kalau mau nikah nanti tak bilangin ke akhwatnya. Siapa sih akhwatnya ? Nanti malah saya yang nikahin dia.
Murid : Eh, iya ustad, mau-mau, daripada direbut ustad he..he..tapi kok bukan ustad yang memilihkan buat saya, biasanya kawan-kawan itu dipilihkan dan tidak mau milih sendiri, tabu katanya, malah kadang harus memendam cinta bertahun-tahun karena ustadnya ternyata memilihkan bukan wanita yang diincarnya.
Ustad : Lha, wong antum yang mau nikah kok malah saya yang repot-repot milihin. Ya antum lah yang milih, memangnya semua sahabat Nabi s.a.w itu dipilihan nabi nikahnya ? wong kebanyakan malah pada milih sendiri.

Ustad : Udah, udah, siapa sih akhwatnya ? (ustad jadi penasaran)
Murid : Ada deeeh, mau tahu aja ....

(dasar murid gemblung, kuwalat kowe ustad kok dikerjain)  

HALUSINASI ANCAMAN


Halusinasi ancaman adalah sebuah perasaan dalam ancaman dan bahaya sementara kondisi faktualnya sebetulnya biasa saja. Banyak gerakan Islam yang gemar menanamkan halusinasi ancaman kepada para kadernya untuk menciptakan militansi dan gerak. Ini bagian dari pemanfaatan rasa takut berikutnya (silahkan baca status saya tentang RASA TAKUT). Saya pernah mengalami keadaan-keadaan yang seperti itu dalam fase kehidupan saya. Stateman seperti, " kalau kita tidak merebut posisi itu maka itu akan diisi orang kafir. " Sampai di sini pernyataan masih oke, wajar. Tetapi pernyataan selanjutnya yang mulai dilakukan proses dramatisasi, " mereka telah membuat skenario menguasai Indonesia di tahun 2020, di wilayah sana saja kristenisasi sudah mulai marak didukung pejabat-pejabat setempat, bahkan saya dengar ada pembatisan massal di perkampungan tertentu ... "

Dan cerita itu terus mengalir sampai melahirkan perasaan cemas luar biasa, mungkin sebagian informasi itu fakta, tetapi dalam proses penciptaan halusinasi ancaman fakta-fakta itu dipilah-dipilih sedemikian rupa yang kira-kira menciptakan rasa cemas dan dirangkai begitu pas seakan-seakan itu saling berkaitan dan bila kita tidak melakukan apa-apa maka Islam akan bubar. Kita disuguhkan bahwa kita seolah-olah dalam alam yang begitu konspiratif dan bahwa tangan-tangan jahat tersembunyi sedang bekerja untuk menghancurkan kita, dan juga bahwa semua orang itu bodoh dan tidak mengerti itu dan hanya kita yang mengerti karena itu kita harus bergerak ! Tanpa kita Islam bubar, tanpa Islam hancur.

Apa yang keliru dari proses berpikir seperti ini ? Yang keliru adalah bahwa orang lain tidak sebodoh yang mereka kira yang hanya akan diam begitu saja ketika kejahatan konspirasi menampakkan diri. Hanya orang yang maaf " bodoh " saja yang diam bila melihat rumahnya benar-benar sudah terbakar, bukan " nampaknya terbakar. " Kekeliruan ke dua adalah bahwa tidak ada orang lain yang bisa melawan konspirasi jahat itu selain mereka, mereka pahlawan dan yang lain adalah pecundang. Hanya mereka lah yang paling bertanggungjawab atas bangkit dan hancurnya Islam. Kekeliruan ke tiga adalah bahwasanya seakan-akan konspirasi jahat itu adalah TUHAN yang bisa mewujudkan apa saja yang mereka inginkan, seakan-akan tidak ada Allah s.w.t yang maha tahu perbuatan para konspirator itu, padahal Allah s.w.t berfirman " tidak akan memudharatkan kalian bila kalian mengambil petunjuk. " dan Allah s.w.t befirman, " dan Allah s.w.t berfirman, " mereka berbuat makar, maka Allah pun mempunyai makar pula. " dan Allah s.w.t berfirman " bertakwalah semampu kalian ..." ya, bertakwalah semampu kalian itu pesan Allah s.w.t, jangan takalluf atau memberat-beratkan diri di luar batas kemampuan. Kalau apa yang kita bisa lakukan sekarang baru sebatas membina diri, membentuk pribadi-pribadi yang baik, membentuk masyarakat yang baik, berdakwah, ya lakukanlah saja itu, sisanya serahkan pada Allah s.w.t, biar Allah yang ngatur. Tidak usah berkata, " wah, kalau saya tidak segera begini nanti gimana, kalau saya tidak segera begitu nanti gimana ? " Lha kok jadi sampeyan yang repot sendiri, memangnya Islam ini punya sampeyan ? Wong Islam ini punyanya Allah kok, begitu kata pak kyai (silahkan lihat status MUSLIM KOK TEGANG). Kita tidak perlu repot-repot khawatir kalau tidak ada kita Islam itu bubar. lha siapa kita ? Yang perlu kita pikirkan adalah kemampuan kita sendiri, apa yang kita mampu berikan dalam berkhidmah pada Allah s.w.t dan agamanya ini, mau jadi Sabiqin (pionir), mau jadi muqtashid (kelas menengah), itu semua pilihan anda sesuai kemampuan anda. Jangan kira Allah seperti anda yang hanya menerima amal para sabiqin, yang hebat-hebat saja, yang sempurna-sempurna saja, kalau tidak sempurna ditolak dan dibuang. Lha wong Allah itu maha menerima dan maha pemaaf, selama kita tidak berniat melawan Allah, salah-salah sedikit ya namanya manusia insya Allah, Allah maha pemaaf. Kita Islam, tapi Islam bukanlah kita. Kita berdakwah, tapi dakwah bukanlah kita. Oke, selamat beraktifitas, Islam jaya !

ILMU LULUS : PAK KYAI PUN BINGUNG


Di pesantren tradisional itu tidak mengenal istilah lulusan, karena itu tidak jarang yang disebut santri itu adalah seorang yang sudah 20 tahun atau 30 tahun mengaji, tidak bosan dan tidak henti dari satu kitab ke kitab lain. Kalaupun ada, maka istilahnya adalah pemberian ijazah, yaitu memberikan lisensi untuk mengajarkan isi kitab tertentu. Dan jangan bayangkan bahwa ijazah itu berupa angka-angka, itu hanya berisi sanad pengajaran dari guru si Murid sampai shahibul kitab, seperti Imam Bukhari atau bahkan dari Rasul s.a.w bila sanadnya terus bersambung semisal ijazah hafalan Qur'an. Jadi jangan pikir, ijazah ini bisa jadi syarat ujian masuk perguruan tinggi apalagi untuk agunan kredit sehari cair. Dan itu bukanlah lulus, sebab si santri masih saja terus belajar di pesantren.

Saat pesantren harus mengikuti modernisasi termasuk materialisasi sistem pendidikan, pak kyai kadang dibuat bingung. Muridnya yang dulu-dulu bersabar belajar puluhan tahun, eh ini tiga tahun minta lulus. Ketika para santri di tanya, " kalian belajar mencari ilmu yang bermanfaat atau mencari lulus ? ", sontak para santri modern itu menjawab, " lulus, pak kyaiiii ! " Pak kyai pun geleng-geleng kepala beristighfar, soalnya sudah banyak dia dengar kalau madrasah-madrasah, sekolah-sekolah demi meluluskan 100 % murid-muridnya agar tidak disebut sekolah abal-abal justru melakukan kebohongan dan rekayasa, sebuah sikap yang melanggar dari ajaran yang diajarkan selama ini yaitu : DUSTA DAN MENIPU. Mendengar harapan murid-murid modern nya seperti itu, maka pak kyai pun dawuh, " kalau kalian mau belajar ilmu yang bermanfaat, di sinilah tempatnya, di pesantren yang sederhana dan bersahaja ini, tapi bila yang kalian cari ilmu lulus maka bukan di sini tempat kalian, silahkan cari sekolah lain yang kalian harapkan. "

Kamis, 21 Februari 2013

MUSLIM KOK TEGANG


Sampeyan mau berislam, tidak berislam, mau berdakwah, tidak berdakwah, Islam ini akan tetap mulia dan jaya sebab itu sudah dijamin sama yang punya. Jangan sampeyan kira kalau tidak ada sampeyan Islam ini akan bubar, ndak ! Yang paling penting bagi sampeyan berislam sesuai kemampuan sampeyan, sa' madyo, yang tengah-tengah, mutawassith, moderat, tidak usah ekstrim, biar wajah sampeyan ndak tegang begitu terus. Jangan sampeyan kira Gusti Allah itu seperti sampeyan, yang kalau ada amal kurang-kurang sedikit langsung sampeyan tolak tidak diterima, salah-salah sedikit langsung sampeyan tampar. Lha wong Gusti Allah iku maha rahman maha rahim, selama sampeyan tidak niat melawan Gusti Allah ya insya Allah Gusti Allah iku maha pemaaf. *Majelis Lesehan Madrasah Darut Tauhid

Pertimbangan


Tidak semua harus memakai pertimbangan, kadang ada hal yang lebih memerlukan sikap dan pendirian. Jangan musuh sudah di depan mata, kita masih saja shalat istikharah

KETIKA KHIDIR A.S DIJADIKAN DALIL


Khidir a.s adalah anomali dalam dunia hukum. Seandainya beliau hidup di zaman ini, tentu perbuatan beliau akan sangat memicu perdebatan, bagaimana tidak, beliau merusak perahu dan membunuh seorang anak yang menurut sebagian ulama belum baligh, dibunuh saat anak itu bermain-main dengan kawan-kawannya. Dan anehnya, Nabi Musa a.s diminta Allah s.w.t untuk belajar pada Khidir a.s dan diminta bersabar melihat perbuatannya. Anda bingung ? Saya juga, jadi santai saja.

Para ulama tafsir baik yang bil ma'tsur dan ghairu ma'tsur, tidak habis-habisnya membahas kisah Khidir a.s dan Nabi Musa a.s ini, apalagi kaum sufi, makin mistis saja pembahasannya ditambah lagi dengan penafsiran melalui mimpi-mimpi. Tapi kita tidak ingin mendalami kisah itu, kita hanya ingin menyoroti bagaimana di zaman ini masih ada orang-orang yang bergaya layaknya dia adalah Nabi Khidir a.s. Mereka melakukan hal-hal aneh yang kadang dzahirnya bertentangan dengan syari'at lantas bila ditegur mengatakan, " dia wali, ente belum sampai ilmunya. " Atau kalimat semisal, " udah ente nurut aja, jangan banyak tanya, enta belum sampai maqamnya akhi. " Seakan-akan mereka adalah Khidir-khidir abad ini yang boleh begitu saja menembus syariat dan tidak boleh dipertanyakan apa pun yang ingin mereka lakukan, baik itu yang syubhat atau pun yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat.

Bolehkah perbuatan Nabi Khidir a.s dijadikan dalil untuk hal-hal yang secara dzahir bertentangan dengan syariat ? Sebelum menjawabnya, kita mereview sedikit kesimpulan para ulama dalam tafsir-tafsir yang membahas kisah Khidir a.s dan Musa a.s. Pertama Allah memang memberikan ilmu kepada Khidir a.s apa-apa yang tidak diberikan kepada Musa a.s, tetapi Allah juga memberikan kepada Nabi Musa a.s ilmu-ilmu yang tidak diberikan kepada Khidir a.s, sebagaiman tersebut dalam riwayat-riwayat di tafsir Ibnu Katsir, Qurthubi dan Asy Sya'rawi. IKe dua, lmu Musa a.s adalah ilmu risalah (kerasulan) yang terkait dengan hukum-hukum dzahir dan taklif (pemberian kewajiban halal-haram dsb) melalui wahyu dan perantara, sedangkan ilmu khidir adalah wilayah (kewalian) yang didapat langsung tanpa perantara (laduni) yang menurut Asy Sya'rawi menyangkut hal-hal yang batin yang kadang bertentangan dengan hal-hal dzahir, jelas perbuatan Khidir a.s membunuh bertentangan dengan risalah Nabi Musa a.s, lalu bagaimana ini bisa terjadi ?

Dzahirnya memang nampak bertentangan, tetapi hakikatnya tidak. Musa a.s diperintahkan mengikut perintah Allah berupa perintah-perintah zhahir seperti larangan halal dan haram, shalat, dilarang membunuh, dll. Sedangkan Khidir a.s diperintahkan untuk mengikuti perintah-perintah Allah s.w.t yang batin seperti membunuh anak yang dikhawatirkan besarnya akan menjadi kafir sementara kedua orang tuanya adalah orang beriman, dan Khidir a.s mengatakan, " tidaklah aku melakukan ini karena kehendakku " Jelas, ini bukanlah datang dari hawa nafsu Khidir a.s maka kedua hamba Allah yang mulia ini hakikatnya sama-sama menjalankan perintah. Penjelasan selanjutnya, Khidir a.s memang tidak diwajibkan mengikuti syari'at Nabi Musa a.s sebab setiap nabi sebelum Muhammad a.s hanya diutus untuk satu kaum saja, dan dalam hal ini Nabi Musa a.s diutus untuk Bani Israel dan Khidir a.s bukanlah orang Bani Israel seperti perkataannya pada Musa a.s, " engkau Musa dari Bani Israel ? " Dan terakhir, ini yang menjadi inti jawaban dari semua pertanyaan di atas, bolehkah berperilaku seperti Nabi Khidir a.s di zaman ini ? Jelas tidak boleh, sebab Rasulullah s.a.w bersabda :

" ... demia Allah seandainya Musa a.s hidup di antara kalian maka tidak halal baginya kecuali dia harus mengikuti aku " (diriwayatkan Ahmad, Baihaqi, Abi Syaibah, Thabrani dan Abi Ya'la)

Nabi Muhammad s.a.w telah diutus kepada seluruh ummat baik Arab maupun ajam (non-Arab), dari golongan jin dan manusia, maka bila saja Khidir a.s ada di zaman ini tentu tidak halal bagi dia mengikuti aturan dan tatacara beragama selain tatacara beragama yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. Bahkan Isa a.s pun di saat kebangkitan ke duanya tidak boleh kecuali mengikuti syariat Nabi Muhammad s.a.w. Bahkan seandainya Musa a.s pun masih hidup maka dia tidak boleh mengikuti cara beragama lain kecuali cara Nabi Muhammad s.a.w. Syaikh Yusuf Al Qaradhawi mengatakan bila seandainya Khidir a.s nabi, maka Nabi Musa a.s lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dia dan Musa a.s tetap harus tunduk pada syariat Nabi Muhammad s.a.w apalagi Khidir a.s ? Seandainya dia wali, maka Abu Bakar Ash Shiddiq adalah seafdhal-afdhalnya wali Allah dan lebih utama dari Khidir a.s. Maka tidak ada satu ummat pun setelah diutusnya Nabi Muhammad s.a.w yang tidak terkena taklif dari syariat Nabi Muhammad s.a.w, tidak ada satu ummat pun setelah diutusnya beliau yang memiliki syariat dan cara beragama selain cara beragama Nabi Muhammad s.a.w. Kalau begitu, masih tidak malu melanggar syariat dan berdalil " saya adalah semisal Khidir " ? -- wallahu a'lam bish shawab

Selasa, 19 Februari 2013

KECAP NO. 1 : STRATEGI PEMASARAN GERAKAN-GERAKAN ISLAM


Saat jamannya kecap cap Bola bersaing dengan kecap cap Kresna, di kampung saya, semua mengatakan bahwa kecapnya itu nomor satu, paling enak dan paling bagus. Hermawan Kertadjaya menyebut pemasaran seperti ini sudah tidak zamannya alias expired, sudah kadaluwarsa. Sebab, memuaskan semua orang adalah tidak mungkin dan menjadi baik menurut persepsi semua orang juga mustahil. Atau menurut istilah pendiri ilmu Ushul, Imam Syafi'i " ridhannas ghayatun la tudrak " ridha manusia adalah hal yang sulit dicapai. Karena itu kita melihat semua produk menjual diferensiasi bukan kesempurnaan. Honda menjual keamanan berkendara dan ekonomi bahan bakar, Yamaha menjual kecepatan. Tinggal pembeli yang memilih, orang Kuningan, Jawa Barat mungkin masih suka dengan kecepatan. Wong jalanannya saja kosong melompong, apalagi orang Kadipaten, Majalengka. Tapi bagi orang Jakarta, mau beli kendaraan cepat juga percuma, wong kecepatan rata-rata biasanya hanya 20 km / jam. Mau ngebut di udara ?

Setelah gagal menjatuhkan Tolak Angin Sido Muncul yang memimiliki tag iklan " orang pintar minum tolak angin ", dengan serangan " minum jamu kok harus pintar ", kini Sido Muncul diserang oleh Bintang Toedjoe dengan serangan " orang pintar kalah sama orang Bejo " dan Bob Sadino didaulat menghajar Agnes Monica. Ya, siapa juga yang mau dianggap orang bodoh, walaupun tukang bata, Mang Sarkim pun lebih senang minum Tolak Angin Sido Muncul agar " terasa pintar " daripada " terasa bodoh. " Sekarang persaingan baru, antara orang pintar dan orang bejo, kita tunggu saja hasilnya.

Rupanya, ketika ilmu pemasaran sudah sebegitu hebat berkembang, pemasaran dakwah gerakan-gerakan Islam masih di situ-situ saja, masih kenalnya hanya satu strategi yaitu " kecap saya " no. 1. Akhirnya, di zaman mutaakhir seperti sekarang, kita melihatnya jadi agak " norak. " Komunikasi dakwah dengan tagline " paling sesuai manhaj salaf ", " paling nyunnah ", " paling syumul dan komprehensif ", " paling representatis sebagai jamaatul muslimin " dan paling-paling lainnya yang seakan menjual kesempurnaan. Sungguh pemasaran yang paling sulit adalah menjual kesempurnaan sebab kesempurnaan adalah milik Allah, bukan milik kita. Maka ketika barang dagangannya " telah ternoda " dan " tidak lagi suci " yang kita lihat justru perilaku yang agak menyebalkan seperti sales yang ada di pinggiran jalan pasar Se***, dia marah-marah ketika kita tidak tertarik barangnya. Pedagang jalanan itu berkata, " apa kamu mau bilang ? barang saya jelek !? " Mereka terus saja melakukan penyangkalan-penyangkalan, tidak mungkin barang saya jelek, tidak mungkin barang saya cacat, tidak mungkin saya memiliki kekurangan, ini pasti karena mereka belum mengerti barang kita, ini pasti karena mereka belum terdidik untuk memilih mana yang bagus dan mana yang jelek, ini karena mereka belum " tertarbiah ", ini karena mereka belum tersentuh " manhaj salaf, " ini karena mereka belum " bertabanni " dengan fikrah kita, dll. Apa yang salah dalam semua ini ? Yang salah adalah karena mereka masih saja menjual dengan cara lama, menjual kesempurnaan, menjual kecap No. 1, padahal yang dicari konsumen bukan yang paling no. 1 tapi yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.

Kalau ada yang ingin belajar fikih, ya ijinkanlah ikut pengajian fikih kaum Nahdliyyin, jangan ditahan dan dikatakan " pokoknya jamaah kita paling sempurna " kamu tidak boleh ikut ngaji ke mana-mana, tapi di sisi lain mereka sendiri lemah secara fikih dan tidak mengerti detailnya, menahan orang tapi tidak mau memberi solusi. Kalau ada orang yang ingin belajar matan dan rijal hadits, ijinkanlah dia ngaji di salafi, misalnya. Dan semua ini hanya misal untuk menangkap realitas yang dekat dengan dunia kita. Allah menjamin kesempurnaan Islam karena itu dari-Nya, tapi tidak menjamin kesempurnaan pemeluknya dan organisasi-organisasi ummatnya. Matahari selalulah terang, tapi engkau hanyalah penatap matahari, bukan matahari itu sendiri. Engkau bisa terang, gelap, atau remang-remang. Bukan karena matahari yang berpindah, tapi karena engkau yang berputar mengelilingi matahari. Dan itulah hati manusia yang selalu terbolak-balik, kadang benar kadang salah itu adalah manusiawi dan Allah tidak menghendaki kita sempurna, hanya saja meminta kita selalu memperbaiki diri. Mencari diferensiasi ? itu sudah saatnya. Tinggalkanlah mindset di pikiran kita bahwa kita kecap No. 1, apalagi sampai menganggap orang yang tidak suka kita sebagai " jahiliah ", bodoh dan tidak tahu barang bagus. Wong Mas Karmin sukanya kecap yang agak gurih banyak kedelainya, sampeyan tawarin kecap manis yang banyak gula merahnya. Kalau Mas Karmin enggak suka, ya jangan sewot, " you are not My beib's Type ", gitu kata Mbak Sukinem istrinya sambil numbukin gabah. Hebat juga ya, Mbak Sukinem 

RASA TAKUT


Rasa takut adalah salah satu rasa, selain rasa suka, yang membuat orang bergerak. Bahkan kadang gerakan yang dilahirkan rasa takut lebih hebat dari gerakan yang biasa, contohnya saya pernah melompati sungai kecil saat dikejar-kejar orang jahat saat masih usia 8 tahunan. Kekuatan rasa takut inilah yang sering dipak ai gerakan-gerakan sempalan Islam binaan intelejen untuk menggerakkan otak-otak manusia agar taat dan loyat pada setiap arah gerakan, dan membuat mereka bergerak luar biasa. Tapi efek negatif, dari sering digunakannya rasa takut adalah seseorang bahkan bisa bergerak tanpa ada rasa sama sekali, dingin, kaku, tapi melahirkan arus gerak. Berikut doktrinasi yang sering dipakai untuk menanamkan rasa takut :

#Yang keluar dari jamaah, mati dalam keadaan jahiliah#
#Kalau keluar jamaah akan mudah tersesat seperti domba sendirian yang mudah dimakan serigala#
#siapa yang tidak berbaiat maka akan mati dan dilehernya ada ikatan jahiliah#
#melanggar perintah pimpinan adalah dosa besar sebab melanggar perintah Allah#
#keluar dari jamaah berarti mengingkari baiat, yag mengingkari baiat adalah kaum munafik#
#jangan melanggar perintah, nanti dikucilkan#
#yang melanggar perintah akan ditandai, hati-hati#
#kita bisa mengecek semua apa yang antum lakukan, walau pun antum jauh dari kita#

Itu adalah sedikit contoh, bila anda mengalami doktrinasi seperti ini selama 10, 11, atau bahkan 20 tahun, maka itu telah menjadi mindset dalam pikiran anda dan anda akan merasa sangat susah keluar dari kelompok tersebut, ada perasaan takut, bersalah, dan berdosa bila sampai kita keluar dari kelompok menyimpang tersebut. Bila ini sudah menahun, ada baiknya anda ke psikolog untuk mendapatkan terapi trauma healing. Semoga, tidak ada lagi saudara-saudara kita yang terjebak pada kelompok-kelompok semacam ini.

Percaya II

Percaya itu kalau saya puas bahwa selama ini apa yang dijanjikan sudah dipenuhi, percaya itu adalah rasa bukan aturan. Percaya itu datang setelah berinteraksi dengan kejujuran secara lama, bukan bab pembuka hubungan. Percaya itu alamiah, natural, dan bukan dogma.

Ahlul Haq Vs Ahlul Firaq

Ahlul haq itu tidak melihat seseorang dia dari kelompok mana, ormas mana, tetapi melihat apa manhajnya, apa ajarannya. Sedangkan ahlul firaq dan hizb melihat dia ikhwah kita bukan? Ustad kita bukan? Jamaah kita bukan? Masjid kita bukan? Ahlul haq sibuk mempelajari ilmu agar dia mampu membedakan antara yang haq dan yang bathil, sedangkan ahlul firaq sibuk mempelajari ciri-ciri firqahnya agar bisa membedakan kelompoknya dengan yang bukan kelompoknya, dia bersama kelompoknya benar atau salah dan ahlul haq selalu ingin bersama-sama alhaq baik sendiri atau pun bersama-sama. Lalu, Siapakah anda? By: Abang Kerak Telor Ust. 

Senin, 18 Februari 2013

Percaya


Percaya itu kalau saya puas bahwa selama ini apa yang dijanjikan sudah dipenuhi, percaya itu adalah rasa bukan aturan. Percaya itu datang setelah berinteraksi dengan kejujuran secara lama, bukan bab pembuka hubungan. Percaya itu alamiah, natural, dan bukan dogma.

MAKAN PIDATO


Apa enaknya hidup di zaman Soekarno ? tanya saya pada ayah yang mengalami masa-masa kolonial. Lebih enak zaman Pak Harto, katanya. Di zaman Soekarno kita cuma bisa makan pidato, kata ayah saya yang pandu Masyumi ini. Perut lapar dikasih pidato, krisis ekonomi dihibur pidato, memang saat pidato suasana gegap gempita sejenak, setelah itu baru terasa ternyata perut belum makan nasi, di dapur beras sudah tidak ada.

Era Soekarno memang cocok di era Revolusi, pada era pembangunan maka yang dibutuhkan adalah Hatta, Natsir, atau Habibie, para teknokrat pekerja. Pidato yang menggebu-gebu dan berapi-api memang membakar jiwa dan pikiran, setelah pulang acara kembali pikiran pun harus disadarkan bahwa semua yang dibicarakan di mimbar podium itu hanya monolog-teatrikal. Pidato menggebu hari ini bukanlah eranya, itu mundur ke belakan saat era perang Dunia I dan II, era Hitler, era Musollini, era Napoleon, era revolusi bersenjata. Apalagi bila pidato itu hanyalah sekadar seni berbicara yang sepi dari ruh. Dia memang membakar emosi, memarahkan jiwa, juga mengalirkan air mata, tapi kata Imam Ahmad pada seorang pemuda " apa yang salah antara aku dan engkau, pidatomu bagus tapi sama sekali tidak berbekas di hatiku. " Ya, selesai pidato bekas itu hilang, tiada bekas perubahan apa pun seperti yang digaungkan dalam isi pidato. Semua seperti semula lagi, bahkan mungkin makin menjadi, makin absurd, makin tak jelas. Saat pidato dalam acara Muhammadiah, Soekarno sangat berapi-api di depan Buya Hamka berbicara tentang " gelora api tauhid " begitu menakjubkan, tapi selesai itu kembali Soekarno menjadi Soekarno, dan Buya Hamka masuk penjara. Hanya retorika atau kata ayah saya, " makan pidato "

Siap Di Awasi

Tidak ada manusia yang sempurna seperti tuhan, semua manusia mempunyai sisi baik dan jahat. Karena itulah sistem dibuat untuk " memaksa " watak jahat manusia agar tidak bisa bebas mewujudkan keinginannya. Karena itu berikanlah kepercayaan anda kepada manusia secara wajar, sebab mereka juga manusia dan bukan malaikat, iya toh ? Orang beriman pun perlu diawasi, termasuk saya. Anda siap diawasi 

Jago Pidato

Biasanya sih yang jago pidato alias monolog, kurang jago dialog. Buktinya, para pengkhutbah kalau lagi di forum dialog lebih sering emosian dari yang bukan, karena mungkin terbiasa " didengarkan " tapi kali ini malah selalu " dipertanyakan ". Tidak percaya ? Tonton diskusi-diskusi terbuka di TV bila ada debat tentang isu-isu ummat Islam. Ini bisa jadi pelajaran buat kita, saya dan anda, sesekali membantah pikiran sendiri mungkin penting

MUSLIM LEBAY


Jadi muslim jangan lebay dalam segala hal. Dalam segala apa pun kita perlu jujur dan tidak terlalu mengada-ada. Saya ambil contoh, kadang ada seorang yang saking ingin semangat membela nilai-nilai keislamannya membuat berita-berita hoax atau cerita-cerita ajaib yang sebetulnya tidak jelas asal-usulnya. Kadang kita juga rajin mengutip kelemahan agama berupa informasi-informasi palsu. Sikap mengada-ada seperti itu tidak dibenarkan agama Islam. Pujilah Islam secara wajar dengan informasi yang benar, juga jelaskanlah kekeliruan di luar Islam secara proporsional berdasarkan fakta dan bukan informasi yang mengada-ada. Membela agama dengan cara-cara palsu dan dusta seperti itu, bukan hanya tidak membuat Allah ridho tetapi juga membuat orang di luar agama kita disuguhi kebenaran fatamorgana, yang bila tidak terbukti malah jadi sangat kecewa. Kalau pengikut agama lain berbuat seperti itu, ya biarkan saja itu urusan mereka, kita sih jangan soalnya itu bertentangan dengan nilai dan ajaran agama kita sendiri, yaitu berkata jujur dalam setiap keadaan. Wallahu a'lam

TIDAK BOLEH NGAJI DI TEMPAT LAIN

Tanya : saya berada dalam satu kelompok dakwah, selama di kelompok itu saya merasa tidak puas dengan keilmuan yang saya dapat. Saat ingin mengaji juga di tempat lain, jamaah saya tidak mengijinkan bahkan mewanti-wanti bahwa hati-hati dengan yang bukan kelompok kita. Bagaimana sikap saya ?

Jawab : Islam tidak membatasi ilmu hanya dari satu kelompok saja, memang ada kekhawatiran kalau kelompok lain itu menyimpang karena itu kita dilarang mengaji di tempat lain. Tetapi ketahuilah, hakikatnya kita boleh mengambil ilmu dari mana saja selam kita bisa memilah dan memilihnya sebab para ulama yang bermanhaj salaf pun kadang mengambil ilmu dan riwayat dari kaum khawarij, mereka juga banyak mengambil ilmu dan manfaat dari golongan asy'ariyah. Ada baiknya ada membaca panduan umum Akidah Ahlu Sunnah (Mujmal Aqidah Ahlu Sunnah) dari itu anda tahu siapa saja yang termasuk dari ahlu sunnah dari beragam organisasi yang ada dan anda bisa mengambil faidah ilmu dari sana. Bila anda tidak mengetahui, saya mungkin sedikit berbagi pengalaman pribadi, subyektif tetapi cukup untuk menjadi panduan awal, selebihnya anda yang menentukan sendiri. Anda bisa mengaji materi Akidah pada Salafi, anda bisa belajar fikih dari Kaum Nahdliyyin mereka terkenal kuat di situ, anda bisa belajar riwayat hadits dari Salafi, anda juga bisa duduk-duduk dengan para ulama dari Jama'ah Tabligh, dalam mempelajari hadits karena mereka juga kuat di situ (ulamanya). Sebaiknya, satu per satu dikhatamkan agar lebih kuat pondasi keilmuan kita. Selebihnya, jangan lupa banyak memohon petunjuk pada Allah dan berkonsultasi dengan para ulama yang anda anggap baik ilmunya dan baik keimanannya. Wallau a'lam

Minggu, 17 Februari 2013

INI INDONESIA, BUKAN ARAB

Berdakwah dengan sedikit bercanda, amatlah menyenangkan. Tidak bercanda sama sekali membuat seluruh urat muka kita tegang dan terkesan " horror " . Berlebihan bercanda juga tidak baik. Setiap negeri memiliki watak kulturalnya sendiri, apa yang menarik bagi mereka dan apa yang tidak menarik bagi mereka. Apa yang biasa bagi mereka dan apa yang tidak biasa bagi mereka. Dulu, orang-orang Quraisy, wanitanya punya tradisi manut pada suami, tetapi setelah mereka hijrah ke Madinah mereka sedikit tertular karakter wanita Anshar yang cenderung lebih berani berbicara dan beradu-pendapat bila suami berkata, karakter ini ada kaitannya dengan watak kultural kaum Anshar yang agraris dan dialogis. perubahan ini sempat mengejutkan beberapa sahabat dari kaum Muhajirin yang notabene Quraisy. Rupanya, para shahabiyyat juga manusia biasa ya , justru karena kita tahu sisi kemanusiaanya jadi enak dan mudah mencontohnya. Artinya, bahkan di dalam satu wilayah yang dekat saja ada perbedaan kultural yang bila kita tidak arif menyikapinya maka bisa-bisa kita gegar budaya dan bisa menjadi bahan perdebatan.

Watak kultural tropis dengan iklim yang tidak ekstrem, cenderung lebih moderat dan dialogis, lembut, senang bercanda, dan tidak menyukai perilaku keras. Perbedaan kultural itulah yang mengharuskan adanya perbedaan dalam perlakuan dakwah. Contoh, " keras " dalam kultur tropis tidak sama dengan " keras " dalam kultur sahara. Ketika M. Natsir memberi kritik terbuka dengan bahasa yang lembut dan santun pada pemerintah, beliau dikritik terlalu lembek. Lalu beliau menjawab, bagi orang Minang memberikan kritik terbuka itu sudah sangat " keras ", karena kadang kritik diberikan secara sindiran. Kadang sebagian pegiat dakwah yang senang dengan gerakan dari luar, mereka berusaha pula membawa tradisi luar yang sebetulnya bukan ajaran dari agama Islam itu sendiri. Seperti kadang mereka tidak memahami kenapa kyai-kyai NU cenderung tidak melakukan amar makruf nahi munkar seperti mereka yang nampak " sangar ". Amar makruf nahi munkar ala kyai pesantren agak beda dengan mereka, dalam mengkritik para kyai kadang sambil menyindir dalam bentuk guyon, biasanya yang disindir juga sudah paham bahkan malah ikut tertawa. Walaupun caranya canda seperti itu, tidak berarti kita lantas menuduh mereka tidak militan, justru kadang cara ini lebih tepat dan lebih diterima oleh orang yang dikritik, dia tidak sakit hati, tertawa, tapi tahu maksudnya bahwa ada yang salah pada dirinya. Ini hanya sekadar contoh, bahwa berdakwah sesuai dengan konteks kedisinian adalah sesuatu yang amat penting selama tidak melanggar nilai dan ajaran agama Islam itu sendiri. Sarungan lagi siap ?

GERAKAN DAKWAH SPESIALIS

Di zaman Aristoteles, seorang ilmuwan juga seorang filosof, kadang juga seorang dokter, sastrawan, dan jago matematika. Itu zaman dulu, dulu disiplin ilmu tidak serumit sekarang dan juga tidak sedalam sekarang. Masih mau bercita-cita jadi ilmuwan serba bisa ? Yang ada kalau kita menginginkan itu saat ini, bukannya jadi serba bisa tapi malah serba tanggung.

Begitu pun dakwah, dulu marak gerakan dakwah juziyyah atau parsial yang hanya sibuk mengurusi satu hal saja, maka sebagai reaksi sosial-religius, muncullah gerakan dakwah yang mengusung komprehensifitas. Tetapi bersamaan berkembangnya zaman, berlipatnya pertumbuhan penduduk, dan merumitnya disiplin ilmu keislaman, maka gerakan dakwah komprehensif ini pun pada akhirnya harus memenuhi tuntutan alam, tidak lagi bisa memuaskan semua keinginan orang. Harus siap memilih bidang yang ingin ditekuninya. Alih-alih jago dalam semua bidang, malah akhirnya tidak jago semuanya. Dalam bidang hadits sudah ada gerakan dakwah yang lebih jago, dalam bidang diskursus politik Islam juga sudah ada jagonya, dalam bidang tasauf sudah ketinggalan jaman dengan gerakan lain yang dari dulu spesialis di situ, mau bicara jihad ? ada yang lebih pakar, akhirnya semua materinya terlalu dangkal dan sebatas kulit-kulitnya saja, jadilah dia gerakan dakwah yang generalis alias terlalu umum.

Menjadi spesialis bukanlah menjadi juz'iyyah, kalau dulu gerakan dakwah terkesan juziyyah itu betul karena tidak ada sinergi dan koordinasi satu sama lain. Karena itu gerakan dakwah spesialis pun harus matang dalam ilmu marketing dakwahnya, agar bisa mencari ceruk yang tidak diisi gerakan lain, bisa saling mengisi dan menguatkan dengan group branding yang kuat, punya positioning dan diferensiasi. Tidak saling merebut masjid dan lahan dakwah orang lain. Ada 250 juta penduduk Indonesia yang masih nganggur untuk digarap, tenang saja lahan dakwah masih luas terbuka, tidak usah rebutan. Salah satu pos-pos dakwah yang kosong hari ini adalah gerakan dakwah yang spesialis dalam penguasaan media dan jurnalistik, hampir semua media Islam hari ini masih termasuk dalam label minor, dhuafa dan mustadhafin. Tidak ada gerakan dakwah yang jago di sini. Nah, siapa yang mau mengisi kekosongan ini ? Selamat datang era dakwah baru, era spesialisasi dakwah.

Amanah Kampus

TANYA : Saya mendapatkan amanah dakwah menjadi panitia sebuah acara di kampus, namun karena satu dan lain hal saya harus pulang menemui orang tua saya. Tetapi qiyadah dakwah saya tidak mengijinkan saya meninggalkan tugas dan ketika saya tetap mengajukan permohonan menemui orang tua saya di kampung, qiyadah mengatakan bahwa saya harus taat padanya dan saya tetap tidak boleh pulang menemui orang tua saya, dia berdalil " taatilah Allah, rasul dan para pemimpin ", bagaimana sikap saya, kalau tidak menemui orang tua saya takut orang tua saya marah, kalau saya melanggar perintah qiyadah saya takut saya berdosa ?

JAWAB : Pertama, dalil tadi adalah ayat Al Qur'an dan itu tidak berkaitan dengan qiyadah kampus. Yang ke dua, Rasul s.a.w melarang seorang pemuda berangkat berjihad dalam sebuah penyerbuan dikarenakan dia masih memiliki orang tua yang dia wajib berbakti padanya. Dalam hal ini, berbakti pada orang tua adalah fardhu ain, sedangkan jihad dalam konteks yang Rasul s.a.w tadi adalah fardhu kifayah, maka fardhu ain didahulukan atas fardhu kifayah. Termasuk berbakti adalah mengunjungi orang tua apalagi bila mereka yang meminta kita pulang. Ada pun tugas kampus, insya Allah banyak yang bisa mewakili kita, karena ada wakil, staff, departemen, dll. Insya Allah, sepenting-pentingnya tugas kampus tentu tidak lebih penting dari jihad fi sabilillah, dalam perkara sepenting itu pun Rasul s.a.w tetap mendahulukan berbakti pada orang tua. Jadi saran saya, pulanglah dengan tenang dan berbaktilah kepada orang tua anda. Bicarakan baik-baik dengan kawan dan mohon bantuan mereka sementara mewakili anda dalam kepanitiaan. Bila mereka tidak ridha juga pada anda, maka pilihlah ridha orang tua, sebab ridha Allah ada pada ridha orang tua. Wallahu a'lam

HATILAH PUSAT PANDANGAN ALLAH

Sesungguhnya Allah tidak menuntut kemenangan dakwah, seandainya Dia menghendaki memenangkan dakwah-Nya, maka Dia pun mampu memenangkan dakwah-Nya tanpa bantuan satu makhluk pun walau itu hanya sebutir pasir. Yang Allah tuntut dari kita adalah keikhlasan di jalan-Nya dan kemurnian dalam menempuh perjalanan menuju-Nya. Seandainya banyaknya pengikut adalah sebuah nilai di sisi Allah, tentulah Allah tidak akan memuliakan Nuh a.s di atas Sulaiman a.s. Sesungguhnya 100 orang pengikut amat sedikit dibandingkan kemenangan Sulaiman a.s atas manusia, bangsa Jin dan binatang. Sesungguhnya yang dituntut Allah adalah kemenangan kita atas hati kita sendiri menjaga hati kita dari selain-Nya dan memilih jalan selain jalan-Nya. Allah azza wa jalla berfirman : " Allah tidak akan melihat rupa dan tubuh kalian, tetapi Allah akan melihat hati-hati kalian. "

Sabtu, 16 Februari 2013

Adab Tabligh

Tabligh atau menyampaikan sesuatu, berbeda dg ta'lim atau mengajarkan. Dalam mengajarkan ada proses penggalian makna, sedangkan menyampaikan hanyalah memindah informasi dari satu pihak ke pihak lain, tanpa mendalami maknanya apalagi menyimpulkannya. Karena itu semua orang blh bertabligh, tapi tdk semua org boleh mengajar atau membuka ta'lim. Rasul s.a.w bersabda, sampaikan dariku walau satu ayat.. Contoh tabligh misalnya membaca hadits, sekadar membacakan saja. Karena itu dlm tabligh ada adabnya yaitu, mengatakan tidak tahu, bl kita memang tidak tahu. Tidak mengurangi makna dr pesan yg disampaikan, tidak mengambil kesimpulan sendiri bl tdk tahu maksud dr sebuah riwayat, apalagi meramunya menjadi sebuah fatwa. Wallahu a'lam

Belajar Ilmu Agama

Tanya : guru agama sy tdk memiliki latar belakang ilmu agama, kakak kelas di kampus, bahkan bacaan Al Qur'an pun belum lancar, ilmunya didapat dr banyak membaca buku2 keislaman umum, bolehkah sy belajar agama darinya ? Jawab : agama Islam seperti ilmu2 lain, memiliki struktur keilmuan bahkan lebih ketat. Ibn Sirin r.h berkata : perhatikanlah dr siapa kalian mengambil urusan ini, sebab urusan ini adalah perkara agama. Kalau ilmu agama boleh diambil dr sembarang orang, tentu para salaf tidak akan melakukan rihlah ke negara2 jauh hanya untuk mendengar satu hadits. Seorang yg ingin jd dokter tentu dia tidak blh hanya belajar dr org yg rajin membaca artikel kesehatan, dia harus belajar scr disiplin dengan struktur keilmuan yg baku, bl tidak bs berbahaya dan membahayakan orang lain. Begitu jg agama, membaca buku2 keislaman sbg wawasan lepas berbeda dg belajar Islam sbg disiplin ilmu, tentu harus pd org yg kompeten di bidangnya. Salah belajar agama bukan hanya membawa akibat buruk di dunia, tp juga di akhirat. Wallahu a'lam

Mengambil Uang Negara

Tanya : bolehkah mengambil uang negara dengan anggapan bahwa uang negara berasal dr rakyat, maka daripada diambil orang2 yg tidak jelas maka lebih baik diambil oleh kita untuk kepentingan dakwah atau didistribusikan kembali ke rakyat melalui tangan kita
? Jawab : itu tidak boleh dilakukan walau untuk tujuan yg baik, sebab uang negara adalah uang yg penggunaannya diatur melalui undang-undang yg merupakan kesepakatan antara kaum muslimin dan pihak lain, sedangkan kaum muslimin itu terikat dg perjanjian yg disepakati, al muslimuna ala syuruthihim. Uang negara bukanlah uang tidak bertuan yg boleh diambil siapa saja tanpa ada kontrol dan pengaturan. Jg tidak blh mengambil uang negara dengan asumsi ghanimah atau rampasan perang, mengambil uang negara tanpa aturan adalah pencurian dan pengkhianatan. Wallahu a'lam

DOA YANG PALING AFDHAL


Doa mana yang paling afdhal, dengan bahasa Indonesia atau bahasa Arab ? Bila mengerti bahasa Arab, afdhal membaca doa ma'tsur yaitu doa yang redaksinya dari Nabi s.a.w. Bila berdoa dengan bahasa Arab tahu terjemahannya dan bisa diresapi maknanya, afdhal dengan bahasa Arab sebab itu bahasa Agama. Tapi bila doa dengan bahasa Arab tapi tidak tahu artinya, maka lebih afdhal dengan bahasa Indonesia daripada komat-kamit tidak jelas. Sebab inti doa adalah meminta, bukan menghafal.

Matahari

Matahari tidak pernah berhenti bersinar walau engkau lihat awan gelap. Bukan sinar matahari yang tertutup tetapi matamu lah yang terhalang dari melihat cahayanya. Matahari tetap bersinar walau itu di malam hari, bukankah engkau melihat pantulannya dalam cahaya rembulan ? Bila matahari redup, musnalah bumi.

MENGENAL SYAIKH ABDUL QADIR BIN ABDUL MUTHALLIB AL MANDILI

Bila anda pergi haji atau umroh, anda akan mendapati seorang syaikh mengajar di masjidil haram tepatnya di pintu King Abdul Aziz. Beliau mengajar dengan bahasa Arab dan juga melayu, murid beliau mayoritas dari Asia Tenggara. Itulah salah seorang keturunan Syaikh Abdul Qadir Al Mandili dari Mandailing Sumatera yang juga dulu mengajar di Masjidil Haram. Dari garis keturunan beliau lah masih tersisa guru-guru dari Melayu yang diperbolehkan mengajar di Masjidil Haram semenjak terputusnya kecemerlangan ulama-ulama nusantara di sana seperti Syaikh Nawawi Banten, Syaikh Abdushshamad Al Falimbani (Palembang), Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau (Minang), Syaikh Ahmad Khatib Sambas (Kalimantan), terakhir kita masih mendengar peran ulama Melayu di sana yaitu Syaikh Yasin Al Fadani (Padang). Berbeda dengan karya ulama-ulama Melayu dahulu yang mengajar di tanah Haram yang umumnya menulis seputar buku-buku textbook, kitab-kitab rujukan dalam ilmu agama. Syaikh Abdul Qadir Al Mandili menulis pula buku-buku tentang perang pemikiran, selain buku-buku berbahasa Arab yang terbit di sana, beliau juga menulis buku-buku dalam bahasa melayu yang temanya sangat mengagumkan : 1. Kebagusan Undang-undang Islam dan Kecelaan Undang-undang Ciptaan Manusia, buku ini mengkritik tentang hukum buatan manusia seperti judulnya. 2. Islam: Agama dan Kedaulatan (terbit 1959), rupanya sebelum marak gerakan Al Ikhwan Al Muslimun dan gerakan transnasional lain, para ulama kita sudah menulis tentang pentingnya kesatuan ajaran Islam. 3. Risalah Pokok Qadyani, menjelaskan kesesatan Ahmadiah 4. Pendirian Agama Islam; Kitab ini ditulis pada tahun 1956 dan membicarakan tentang masalah ideologi ciptaan manusia seperti kapitalisme, sosialisme dan komunisme serta percanggahannya dengan aqidah dan pemikiran Islam. Kitab beliau dalam bahasa Arab di antaranya Tuhfatul Qari yang menghimpun hadits shahih Bukhari dan Muslim, kitab ini telah lama beliau tulis sebelum marak kitab sejenis dari kalangan Salafiyyin. Al Khazain As Saniyah, semacam silabus buku-buku rujukan dalam Madzhab Syafi'i bagi para penstudi yang ingin mendalami madzhab tersebut. Yang menarik, sebagaimana ulama sejamannya, beliau pun berpolemik dengan Syaikh Al Albani. Bahkan beliau semacam memberikan kata pengantar dalam Kitab At Taaqqub Al Hatsist dan Nushratut taaqub karya Syaikh Al Imam Al Hafidz Abdullah Asy Syaibi yang menjelaskan kelemahan-kelemahan Syaikh Al Albani dalam ilmu hadits dan bahwa penshahihan dan pendhaifan beliau tidak muktabar, dan beliau bukanlah orang yang layak memberikan penilaian hadits sebab itu adalah otoritas para hufadz (orang yang hafal 500.000 hadits beserta sanad, kedudukan rawi, dan matannya). Untuk mengetahui kedalaman ilmu beliau, cukuplah tawaran Raja Saud kepada beliau untuk menjadi Qadhil Qudhat (hakim agung) di negeri tersebut. Saat pula dikatakan presiden Soekarno meminta beliau menjadi Mufti Indonesia, tetapi semua tawaran itu ditolak termasuk tawaran menjadi guru di Cape Town Afrika, beliau lebih memilih menjadi pengajar di Masjidil Haram. Semoga mata rantai ulama Nusantara yang dikenal dunia tidak terputus dan terus ada.

Jumat, 15 Februari 2013

SERI PENJELASAN BID'AH (1) : PERBEDAAN DEFINISI BID'AH

Perdebatan tentang bid'ah telah terjadi sejak menafsirkan makna hadits tentang bid'ah itu sendiri, dan ini adalah perbedaan di wilayah ushul dan ilmu hadits. Bila para ulama ushul dan ulama hadits telah berbeda, maka perbedaan ulama fikih dalam detail bid'ah adalah hal yang lumrah, sebab pokoknya saja sudah berbeda apalagi cabangnya. Perbedaan ulama ushul dan ulama hadits dalam makna bid'ah adalah perbedaan yang muktabar karena sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu hadits dan kaidah-kaidah bahasa Arabnya, karena memang bid'ah berasalah dari bahasa Arab, maka itu pun harus dipahami dalam bahasa Arab dan kaidah ilmu hadits sebab itu lahir dari sebuah hadits. Artinya, perbedaan ini tidak semata asal berbeda dan mengarang-arang makna, apalagi lahir dari hawa nafsu mereka. Karena itu, ini adalah perbedaan yang tidak perlu diperdebatkan panjang lebar sampai menguras emosi. Sesungguhnya Nabi s.a.w sendiri hanya menyebut " setiap bid'ah (yang baru) adalah sesat " Maka apa itu makna bid'ah ? Di sinilah ulama berbeda pendapat. Sesungguhnya yang mengatakan tidak boleh membagi bid'ah menjadi dua : mahmudah dan madzmumah, yang baik dan yang tercela, hakikatnya mereka juga telah membagi bid'ah menjadi dua yaitu diniyah dan duniawiah. Penjelasan bid'ah diniah dan bid'ah duniawiah tidak disebut secara tekstual dalam hadits mana pun, artinya pembagian itu muncul dari pemahaman atas nash. Maka bila mereka boleh menafsir sebuah makna hadits, kenapa pula mereka melarang orang lain menafsir makna hadits pula. Selama penafsiran atau syarah hadits itu muncul dari kaidah-kaidah yang benar. SIAPA SAJA ULAMA YANG BERBEDA ITU ? Yang berbeda dalam mendefinisikan makna bid'ah ini ternyata bukan ulama-ulama kemarin sore, bahkan mereka adalah para imam. Mereka yang membagi bahwa bid'ah yang sesat itu adalah bid'ah dalam agama (diniah) sedangkan yang tidak sesat adalah dalam urusan dunia (duniawiah) pelopornya adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, Ibnu Qayyim Al Jauziah, dan Asy Syathibi, yang kemudian diikuti mayoritas kaum wahhabiah (salafiah) hari ini. Sedangkan yang membagi bid'ah menjadi mahmudah dan madzmumah adalah Imam Ibnu Hajar Al Asqalani, Imam Nawawi, Imam Suyuthi dan mereka menisbatkan pembagian ini berasal dari Imam Asy Syafi'i, bahkan Imam Izzuddin Abdul Aziz bin Abdussalam membaginya menjadi lima sesuai hukum fikih, yaitu wajib, mandub, makruh, haram, dan mubah. Pendapat ini yang kemudian banyak di anut mayoritas kaum muslimin hari ini. Wallahu a'lam (Bersambung insya Allah)

Istiwanya Allah

Pembahasan mengenai makna istiwanya Allah dan makna sifat dzatiyahnya spt tangan, mata, jari, dll adalah termasuk mutasyabihat yg tdk semua orang awam wajib mengetahui mana tafsir yg paling shahih atas perdebatan maknanya. Yg wajib diketahui oleh awam adalah bhw Allah tidak ada yg serupa dengan-Nya

Kamis, 14 Februari 2013

Valentine

Hari ini jutaan ummat Islam ramai2 bertaklid merayakan valentine tanpa peduli apa itu valentine, sejarah dan maknanya. Tradisi berpikir betul2 telah hilang dr ruh ummat ini. Mereka seperti buih yg mengikut kemana saja angin bertiup. Mana yang ramai kita pun ikut, tak peduli benar salah atau baik dan buruk. Membebek adl tradisi kaum yg lemah dan kalah. Bangkitlah wahai ummat mulia, berpikirlah ... Jangan hanya menurut di mana ada kerumunan di situ pula kita berkerumun !

Kisah Salafushshalih

Membaca kisah2 salafushshalih seperti termaktub dalam hayatushshahabah, hilyatul aulia, shifat ash shafwah dan kutub2 siyar lainnya harus disertai dengan pemahaman bahwa apa yg mereka capai bukanlah hasil kerja semalam tapi buah dr amal yg kontinyu dan berjenjang. Alangkah baiknya jg membaca biografi mereka secara lengkap dan pertumbuhab kepribadian mereka dari satu tahap ke tahap lainnya. Agar kita tidak selalu menuntut segala sesuatu selalu sempurna dan cemerlang tanpa melalui proses yg panjang. Sesungguhnya iman abu bakar r.a dan umar r.a tidak sama di awal mereka masuj islam dan di akhir hidup keduanya. Ada proses dan pertumbuhan di sana. Karena itu baik pula mempelajari waktu, kapan umar r.a berkata spt ini, kapan abu bakar r.a berbuat seperti ini. Wallahu a'lam

Bid'ah

Ulama ushul telah berbeda dalam mensyarah makna bid'ah dalam hadits2 shahih. Bila perbedaan ini terjadi pd ulama ushulnya, maka perbedaan yg lebih besar terjadi pada ulama fikihnya. Tapi ketahuilah, perbedaan mereka dalam hal ini adalah perbedaan yg muktabar, perbedaan yg dharuri yg niscaya terjadi karena tuntutan dari isi nash haditsnya yg multitafsir. perbedaan mrk dlm mensyarah makna bid'ah kita terima dg lapang dada sebab mereka tdk berbicara dg hawa nafsu semata tetapi berdasar kaidah2 bahasa yg benar dan ilmu-ilmu hadits yg muktabar

Rabu, 13 Februari 2013

Taklid

Taklid itu sudah nasib bagi siapa pun yang tidak memiliki ilmu tentang hal yang ditaklidinya. Mau protes bagaimana pun, tetap saya, anda, dia, dan mereka akan taklid. Sampai di sini tidak masalah, yang jadi masalah adalah ketika taklid itu ditumbuhsuburkan untuk menciptakan loyalitas semu. Itulah yang disebut jumud alias membatu.

Sabtu, 09 Februari 2013

Orang Suci

Jangan pernah bercita-cita menjadi orang suci, karena itu mustahil Dan jangan pernah pula bercita-cita menjadi orang yang tak pernah mau memperbaiki diri.

KERENDAHAN HATIMU

Amalmu tidak membuat mulia Kerendahan jiwamu, memuliakan selainmu Itulah kemulian yang sebenarnya

MATAHARI

Matahari tidak pernah gelap Dia selamanya terang Walau mata kita tak mampu Menangkap sinarnya, karena awan