Minggu, 24 Februari 2013

Belajar Tauhid

Santri : Mbah Yai, sebetulnya apa sih pentingnya belajar ilmu tauhid itu ?
Mbah Kyai : Kamu pernah " tresno " sama wanita ?

Santri : Ya pernah Mbah Yai.
Mbah Kyai : Waktu pendekatan untuk mengambil hatinya kamu pernah melakukan sesuatu lalu ditolak ?

Santri : Pernah Mbah Kyai, saya waktu itu naksir satnri putri sebagai tanda cinta saya padanya, saya kirim surat kalau saya ingin melamarnya. Bersama surat itu saya hadiahkan sebuah baju yang paling bagus Mbah Kyai.
Mbah Kyai : Terus ... ?

Santri : Karena sangat cintanya saya padanya, saya hadiahkan baju yang menurut saya paling bagus dan paling cantik kalau dia kenakan nanti saat menjadi istri saya, saya nyari sendiri baju itu di Mall yang ada di kota Kudus Mbah kyai, dari pesantren saya naik becak ke terminal, lalu dari situ saya naik mobil omprengan buat ke Mall, lalu saya beli baju itu dari uang sangu yang dikasih ibu saya habis jual kambing.
Mbah Kyai : terus diterima ?

Santri : Surat cinta saya itu diterima Mbah Yai, dia sudah bilang ke orang tuanya dan bulan depan saya mau melamarnya. Tapi bajunya yang saya kasih, dikembalikan sama saya, dengan penuh sopan santun dia mohon maaf tidak bisa menerimanya.
Mbah Kyai : kamu tahu kenapa .. ?

Santri : Tidak tahu Mbah Yai.
Mbah Kyai : Memangnya kamu kasih baju apa ... ?

Santri : Baju seksi kayak Aura Kasih yang lagi terkenal itu loh Mbah Yai, mana harganya mahal, saya lihat iklannya di TV yang jualan panci sampai jutaaan itu loh Mbah Yai, padahal untuk nyari agennya di Kudus ini susahe poll, saya musti ke Warnetnya Mas Dedi dulu untuk secing...secing...(searching) gitu lho Mbah Yai.
Mbah : Ya, kamu iku bodo tenan dadi wong. Wong santri putri kok dikasih baju kayak Aura Kasih yo isin anggone. Biar pun suruh pake di rumah kalau dah jadi istri yo tetep ae isin, wong koyo ora anggo klambi. Wong santri putri yo cukup dikasih busana muslimah yang bagus yo wis seneng.

Santri : terus hubungannya sama pertanyaan saya apa Mbah Yai ?
Mbah Yai : Ya itulah pentingnya belajar ilmu tauhid, supaya kenal Gusti Allah. kalau kamu mau nyenengin Gusti Allah tapi gak kenal sama Gusti Allah, ya kayak kamu mau nyenengin calon istri kamu, biar cinta tapi gak kenal, ya sering " keleru dalane " (salah jalannya). Lha wong syarat masuk Islam saja harus ngucap, Asyhadu anlla ilaha illallah (saya bersaksi tiada sesembahan selain Allah). Apa ada orang yang bersaksi kalau tidak tahu dan tidak kenal ? Apa bisa misalnya itu sopo jenenge ? Ya, Anas jadi saksi dalam kasus Nazaruddin tapi Anas tidak kenal Nazaruddin ? ... (Mbah Kyai berhenti sejenak lalu melanjutkan) Kalau ada orang ngaku Asyhadu, saya bersaksi, tapi dia tidak kenal dengan apa yang akan dipersaksikan, itu namanya saksi apa ? Saksi palsu. Jadi kalau ada orang ngaku bersyahadat bahwa Sesembahannya itu Gusti Allah, tapi tidak kenal Gusti Allah berarti pengakuannya apa ? Iya betul, pengakuan palsu alias ngaku-ngaku. Yang diaku belum tentu mau mengakui.

Santri : Contohnya dengan ilmu tauhid Mbah Kyai ?
Mbah Kyai : Lah contohnya kamu shalat, shalat itu perintah gusti Allah toh ? pasti kalau dijalankan Allah senang. Tapi karena kamu tidak belajar ilmu tauhid, badanmu shalat tapi hatimu maksiat.

Santri : Lho kok bisa, gimana maksudnya Mbah Yai ?
Mbah Kyai : Ya badanmu shalat, sujud merendah. tapi hatimu ujub-takabur, nepuk dada, meningggi dan merasa hebat. Itu tanda orang yang tidak belajar ilmu tauhid sampai hakikatnya. Padahal Allah paling benci sama orang yang suka ujub-takabur, membanggakan diri, memuji diri sendiri. Dia kira Allah suka sama shalat orang seperti itu.

Santri : Subhanallah, matur nuwun sanget Mbah Yai atas ilmu yang diberikan.
Mbah Kyai : Ya sudah, kamu sekarang balik ke asrama, kalau sudah dekat waktu nikahnya tolong kabar-kabari saya ya.
Santri : Inggih Mbah Yai, assalamu'alaikum
Mbah Kyai : waalaikum salam wr.wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar