Sabtu, 16 Februari 2013

MENGENAL SYAIKH ABDUL QADIR BIN ABDUL MUTHALLIB AL MANDILI

Bila anda pergi haji atau umroh, anda akan mendapati seorang syaikh mengajar di masjidil haram tepatnya di pintu King Abdul Aziz. Beliau mengajar dengan bahasa Arab dan juga melayu, murid beliau mayoritas dari Asia Tenggara. Itulah salah seorang keturunan Syaikh Abdul Qadir Al Mandili dari Mandailing Sumatera yang juga dulu mengajar di Masjidil Haram. Dari garis keturunan beliau lah masih tersisa guru-guru dari Melayu yang diperbolehkan mengajar di Masjidil Haram semenjak terputusnya kecemerlangan ulama-ulama nusantara di sana seperti Syaikh Nawawi Banten, Syaikh Abdushshamad Al Falimbani (Palembang), Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau (Minang), Syaikh Ahmad Khatib Sambas (Kalimantan), terakhir kita masih mendengar peran ulama Melayu di sana yaitu Syaikh Yasin Al Fadani (Padang). Berbeda dengan karya ulama-ulama Melayu dahulu yang mengajar di tanah Haram yang umumnya menulis seputar buku-buku textbook, kitab-kitab rujukan dalam ilmu agama. Syaikh Abdul Qadir Al Mandili menulis pula buku-buku tentang perang pemikiran, selain buku-buku berbahasa Arab yang terbit di sana, beliau juga menulis buku-buku dalam bahasa melayu yang temanya sangat mengagumkan : 1. Kebagusan Undang-undang Islam dan Kecelaan Undang-undang Ciptaan Manusia, buku ini mengkritik tentang hukum buatan manusia seperti judulnya. 2. Islam: Agama dan Kedaulatan (terbit 1959), rupanya sebelum marak gerakan Al Ikhwan Al Muslimun dan gerakan transnasional lain, para ulama kita sudah menulis tentang pentingnya kesatuan ajaran Islam. 3. Risalah Pokok Qadyani, menjelaskan kesesatan Ahmadiah 4. Pendirian Agama Islam; Kitab ini ditulis pada tahun 1956 dan membicarakan tentang masalah ideologi ciptaan manusia seperti kapitalisme, sosialisme dan komunisme serta percanggahannya dengan aqidah dan pemikiran Islam. Kitab beliau dalam bahasa Arab di antaranya Tuhfatul Qari yang menghimpun hadits shahih Bukhari dan Muslim, kitab ini telah lama beliau tulis sebelum marak kitab sejenis dari kalangan Salafiyyin. Al Khazain As Saniyah, semacam silabus buku-buku rujukan dalam Madzhab Syafi'i bagi para penstudi yang ingin mendalami madzhab tersebut. Yang menarik, sebagaimana ulama sejamannya, beliau pun berpolemik dengan Syaikh Al Albani. Bahkan beliau semacam memberikan kata pengantar dalam Kitab At Taaqqub Al Hatsist dan Nushratut taaqub karya Syaikh Al Imam Al Hafidz Abdullah Asy Syaibi yang menjelaskan kelemahan-kelemahan Syaikh Al Albani dalam ilmu hadits dan bahwa penshahihan dan pendhaifan beliau tidak muktabar, dan beliau bukanlah orang yang layak memberikan penilaian hadits sebab itu adalah otoritas para hufadz (orang yang hafal 500.000 hadits beserta sanad, kedudukan rawi, dan matannya). Untuk mengetahui kedalaman ilmu beliau, cukuplah tawaran Raja Saud kepada beliau untuk menjadi Qadhil Qudhat (hakim agung) di negeri tersebut. Saat pula dikatakan presiden Soekarno meminta beliau menjadi Mufti Indonesia, tetapi semua tawaran itu ditolak termasuk tawaran menjadi guru di Cape Town Afrika, beliau lebih memilih menjadi pengajar di Masjidil Haram. Semoga mata rantai ulama Nusantara yang dikenal dunia tidak terputus dan terus ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar