Minggu, 17 Februari 2013

GERAKAN DAKWAH SPESIALIS

Di zaman Aristoteles, seorang ilmuwan juga seorang filosof, kadang juga seorang dokter, sastrawan, dan jago matematika. Itu zaman dulu, dulu disiplin ilmu tidak serumit sekarang dan juga tidak sedalam sekarang. Masih mau bercita-cita jadi ilmuwan serba bisa ? Yang ada kalau kita menginginkan itu saat ini, bukannya jadi serba bisa tapi malah serba tanggung.

Begitu pun dakwah, dulu marak gerakan dakwah juziyyah atau parsial yang hanya sibuk mengurusi satu hal saja, maka sebagai reaksi sosial-religius, muncullah gerakan dakwah yang mengusung komprehensifitas. Tetapi bersamaan berkembangnya zaman, berlipatnya pertumbuhan penduduk, dan merumitnya disiplin ilmu keislaman, maka gerakan dakwah komprehensif ini pun pada akhirnya harus memenuhi tuntutan alam, tidak lagi bisa memuaskan semua keinginan orang. Harus siap memilih bidang yang ingin ditekuninya. Alih-alih jago dalam semua bidang, malah akhirnya tidak jago semuanya. Dalam bidang hadits sudah ada gerakan dakwah yang lebih jago, dalam bidang diskursus politik Islam juga sudah ada jagonya, dalam bidang tasauf sudah ketinggalan jaman dengan gerakan lain yang dari dulu spesialis di situ, mau bicara jihad ? ada yang lebih pakar, akhirnya semua materinya terlalu dangkal dan sebatas kulit-kulitnya saja, jadilah dia gerakan dakwah yang generalis alias terlalu umum.

Menjadi spesialis bukanlah menjadi juz'iyyah, kalau dulu gerakan dakwah terkesan juziyyah itu betul karena tidak ada sinergi dan koordinasi satu sama lain. Karena itu gerakan dakwah spesialis pun harus matang dalam ilmu marketing dakwahnya, agar bisa mencari ceruk yang tidak diisi gerakan lain, bisa saling mengisi dan menguatkan dengan group branding yang kuat, punya positioning dan diferensiasi. Tidak saling merebut masjid dan lahan dakwah orang lain. Ada 250 juta penduduk Indonesia yang masih nganggur untuk digarap, tenang saja lahan dakwah masih luas terbuka, tidak usah rebutan. Salah satu pos-pos dakwah yang kosong hari ini adalah gerakan dakwah yang spesialis dalam penguasaan media dan jurnalistik, hampir semua media Islam hari ini masih termasuk dalam label minor, dhuafa dan mustadhafin. Tidak ada gerakan dakwah yang jago di sini. Nah, siapa yang mau mengisi kekosongan ini ? Selamat datang era dakwah baru, era spesialisasi dakwah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar