Di zaman Aristoteles, seorang ilmuwan juga seorang filosof, kadang juga
seorang dokter, sastrawan, dan jago matematika. Itu zaman dulu, dulu
disiplin ilmu tidak serumit sekarang dan juga tidak sedalam sekarang.
Masih mau bercita-cita jadi ilmuwan serba bisa ? Yang ada kalau kita
menginginkan itu saat ini, bukannya jadi serba bisa tapi malah serba
tanggung.
Begitu pun dakwah,
dulu marak gerakan dakwah juziyyah atau parsial yang hanya sibuk
mengurusi satu hal saja, maka sebagai reaksi sosial-religius, muncullah
gerakan dakwah yang mengusung komprehensifitas. Tetapi bersamaan
berkembangnya zaman, berlipatnya pertumbuhan penduduk, dan merumitnya
disiplin ilmu keislaman, maka gerakan dakwah komprehensif ini pun pada
akhirnya harus memenuhi tuntutan alam, tidak lagi bisa memuaskan semua
keinginan orang. Harus siap memilih bidang yang ingin ditekuninya.
Alih-alih jago dalam semua bidang, malah akhirnya tidak jago semuanya.
Dalam bidang hadits sudah ada gerakan dakwah yang lebih jago, dalam
bidang diskursus politik Islam juga sudah ada jagonya, dalam bidang
tasauf sudah ketinggalan jaman dengan gerakan lain yang dari dulu
spesialis di situ, mau bicara jihad ? ada yang lebih pakar, akhirnya
semua materinya terlalu dangkal dan sebatas kulit-kulitnya saja, jadilah
dia gerakan dakwah yang generalis alias terlalu umum.
Menjadi
spesialis bukanlah menjadi juz'iyyah, kalau dulu gerakan dakwah terkesan
juziyyah itu betul karena tidak ada sinergi dan koordinasi satu sama
lain. Karena itu gerakan dakwah spesialis pun harus matang dalam ilmu
marketing dakwahnya, agar bisa mencari ceruk yang tidak diisi gerakan
lain, bisa saling mengisi dan menguatkan dengan group branding yang
kuat, punya positioning dan diferensiasi. Tidak saling merebut masjid
dan lahan dakwah orang lain. Ada 250 juta penduduk Indonesia yang masih
nganggur untuk digarap, tenang saja lahan dakwah masih luas terbuka,
tidak usah rebutan. Salah satu pos-pos dakwah yang kosong hari ini
adalah gerakan dakwah yang spesialis dalam penguasaan media dan
jurnalistik, hampir semua media Islam hari ini masih termasuk dalam
label minor, dhuafa dan mustadhafin. Tidak ada gerakan dakwah yang jago
di sini. Nah, siapa yang mau mengisi kekosongan ini ? Selamat datang
era dakwah baru, era spesialisasi dakwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar